Kisah Pertualangan Asep 2

Bu Joni


Asep adalah seorang kontraktor kecil yang tinggal di Cimahi, sekarang usianya sudah menginjak 40. Istrinya lebih tua 5 tahun darinya dan mengajar disebuah SMP Negeri yang tidak jauh dari rumah. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Reyhan, 17 tahun, yang bercita-cita ingin menjadi seorang musisi. Reyhan sekarang duduk di kelas 11 sebuah SMA Swasta yang cukup ternama di Bandung.

Asep dikenal oleh karyawannya sebagai seorang bos yang kalem. Dia sangat loyal terhadap anak buahnya dan tidak pernah mengingkari janji, baik soal upah maupun janji-janji kecil yang pernah diucapkannya. Asep  tahu persis bagaimana mengatur dan mengelola anggotanya, dengan pendekatan seperti bapak kepada anak-anaknya. Hal itu mungkin dikarenakan Asep tahu benar bagaimana rasanya menjadi seorang kuli.

Asep sendiri pernah mengakui bahwa dia meniti karirnya benar-benar dari bawah. Begitu lulus STM (Sekarang SMK) Teknik Bangunan, dia langsung ikut bekerja bersama ayahnya menjadi kuli bangunan, untuk meringankan biaya sekolah adik-adiknya. Bertahun-tahun jadi kuli, dia akhirnya menjadi mandor dan kemudian menjadi pemborong kecil-kecilan. Setelah menikah, Asep mendirikan perusahaan sendiri dan rajin mengikuti berbagai tender, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta maupun BUMN. Bahkan dia juga menerima pekerjaan borongan dari perseorangan yang umumnya tidak bernilai lebih dari 500 juta. Prinsip Asep sederhana, apapun pekerjaannya, kalau dia bisa kerjakan dan ada lebihnya, pasti dia garap.

Asep tidak pernah pilih-pilih pekerjaan.

Siang itu Asep baru saja tiba dari Bandung bersama anak buah kesayangannya Ugi, ketika seorang laki-laki berkacamata tebal berusia sekitar 58 tahun, namanya pak Joni, mendatangi kantornya dan memintanya melakukan renovasi rumah dengan nilai kontrak sebesar 100 juta rupiah. Tanpa ba bi bu lagi, Asep menyanggupi dan langsung pergi ke lokasi untuk melakukan survey.

Pak Joni menginginkan rumahnya yang besar itu direnovasi menjadi rumah kost-kostan yang nyaman, baik untuk indekost maupun untuk dirinya sendiri.

Sambil berjalan perlahan-lahan mengelilingi dan meneliti rumah itu, Asep mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan keinginan kliennya dengan serius dan penuh perhatian.

Üntuk saya dan istri saya, tidak perlu tempat yang luas. Cukup satu kamar tidur, ruang tamu yang kecil, ruang tengah sederhana untuk nonton TV, dapur yang luas yang sekaligus berfungsi sebagai ruang makan dan kamar mandi. Sisanya untuk kost-kostan semua."kata Pak Joni.
"Bagaimana kalau nanti anak-anak Pak Joni datang dan menginap, apakah..."Kalimat Asep dipotong oleh Pak Joni.
"Tidak. Itu jangn dipikirkan. Mereka sudah bertebaran jauh. Ada yang ke Papua, Kalimantan bahkan di Singapura. Mereka beberapa kali kesini tapi selalu menginap di hotel."
Öh, begitu, Pak. Baiklah. Saya akan melakukan pembuatan partisi gypsum untuk pembentukan kamar-kamar dan pembuatan 2 kamar mandi tambahan. Bapak juga harus mengosongkan beberapa perabotan yang ada disini... bisa kami lakukan dengan tambahan biaya sedikit. Sedangkan untuk perbaikan pagar dan halaman samping menjadi tempat parkir motor, saya khawatir tidak masuk dalam kalkulasi 100 juta, mungkin ada tambahan sekitar 10 atau 15 juta. Besok saya kan datang lagi membawa peralatan gambar dan rincian biaya, kalau bapak setuju, lusa kita bisa tandatangani kontrak biar masing-masing merasa nyaman. Bagaimana?"Kata Asep.
"Setuju, itu bagus sekali. Kira-kira waktu pengerjaaanya berapa lama?""
"Paling lama 20 hari kerja, empat minggu. Saya punya sepuluh orang pegawai yang cakap dan berpengalaman, saya juga punya peralatan yang memadai. Diajamin hasilnya baik dan tepat waktu."Kata Asep dengan tegas dan menyakinkan.
Üang mukanya?"
"25%, sisanya dibayar paling lambat 5 hari kerja setelah serah terima barang."
Öke."

Keesokkan harinya, pagi-pagi sekali Asep bersama anak buahnya, Ugi dan Tono, mendatangi rumah itu dengan membawa peralatan gambar dan meteran. Karena pintu rumah masih dikunci, mereka melakukan pengukuran pertama di halaman depan dan samping sambil menunggu penghuninya keluar. Tiba-tiba, datang dari arah pintu gerbang seorang perempuan STW semok membawa kantung kresek yang menggembung. Dia memakai baju piyama ketat dan tipis, sehingga belahan pada pantatnya demikian jelas tercetak.
"Wah, bapak-bapak sudah pada datang. Maaf saya baru dari warung membeli kopi."Katanya.
"Saya bu Joni. Bapak belum bangun ya?
"Mungkin belum bu. Tadi saya ketuk-ketuk, tapi pintunya enggak ada yang buka jadi kami melakukan pengukuran di luar dahulu."Kata Asep. Dia menatap bu Joni langsung ke matanya dan merasakan ada sesuatu yang nakal disana.
"Saya ke dalam dulu ya."
Ïya, bu. Silahkan."

"Wuih!" Kata Tono, mandor seniornya yang sudah punya 2 cucu ini meleletkan lidahnya. "Buset benar itu bodi."
"Dia gak pake CD."Kata Ugi. Sepasang matanya tampak masih nalar menyaksikan pemandangan yang baru saja lewat. Remaja 18 tahun yang sudah ikut dengan Asep selama 2 tahun, semenjak lulus SMP itu, sepertinya terkesima.
"Sudah. Ayo kerja lagi."Kata Asep datar.

Sepanjang pagi hingga siang, Asep sibuk membuat gambar di ruang tengah dengan wajah serius. Sementara itu bu Joni bolak-balik melewati ruang tengah itu sambil mencuri-curi pandang kepadanya. Asep pura-pura tidak tahu.

Beberapa kali bu Joni mendekati Asep, dengan sangat dekat, untuk melihat gambar-gambar yang masih setengah jadi dan berkomentar memuji. Asep sengaja menggoda STW itu dengan pura-pura tak sengaja menyentuh bagian sensitifnya. Bu Joni tampaknya menyukainya. Bahkan bu Joni seperti sengaja menyentuhkan kedua nenen pepayanya untuk menyentuh-nyentuh pundak Asep.

"Kalau bukan istri klien pasti sudah kusikat saat ini juga."Kata Asep dalam hati.

Siangnya, gambar-gambar itu sudah selesai beserta perhitungan biayanya. Asep mengajukan perubahan menjadi 115 juta. pak Joni setuju.
"Baru melihat gambarnya saja istri saya sudah sedemikian senang, biasanya dia bersikap agak cemberut... tapi sekarang lihatlah... dia mau sedikit berdandan dan sikapnya sangat riang."Kata Pak Joni.

Asep hanya tersenyum biasa saja.

Setelah kontrak ditandatangani, Asep beserta anak buahnya langsung bekerja. Pada minggu pertama, mereka memprioritaskan pemenggalan ruangan untuk membentuk kamar tidur, ruang tengah dan ruang tamu mungil yang menghadap ke halaman belakang untuk tempat tinggal pasutri tersebut. Pada minggu ke dua dan ke tiga, mereka membongkar garasi dan membuat partisi kamar-kamar sesuai dengan denah rencana.

Pada minggu ke 3 ketika semua rencana gambar telah berhasil diwujudkan, pak Joni mengundangnya makan siang dan mengucapkan terima kasih atas pekerjaan Asep yang efektif dan efisien, Dia sangat puas dengan hasil kerjanya.
"Kepuasan... itulah motto kami."Kata Asep. Dia mengerling sejenak kearah bu Joni yang sedang berdiri dibelakang suaminya. Orang yang diberi kerlingan memberikan senyuman seribu arti.
Üntuk pembayaran, kami sudah mempersiapkan sisanya sesuai dengan perjanjian. Begitu selesai, kami bayar. hanya saja... "Pak joni menghentikan kalimatnya.
"Hanya saja apa pak?"
Ïstri saya agak mengeluh mengenai penataan perabotan disini... lihat, masih berantakkan kan? Belum perabotan-perabotan di luar yang kelihatannya tidak bisa masuk lagi ke dalam tempat kami yang mengecil ini..."
"Tenang pak. Saya bisa atur. Saya akan suruh Ugi untuk membantu."Kata Asep.
"Kapan mulainya ya Pa?"Tanya bu Joni, suaranya terdengar manja.
Öh, secepatnya bu."Jawab Asep sambil senyum.

 Sore itu, ketika anak buahnya membereskan peralatan kerja mereka, Asep memanggil Ugi dan membawanya ke halaman belakang.
"Kita akan bantu bu Joni beres-beres."Katanya.
"Siap, bos."Jawab Ugi, nadanya riang. "Bos, kalau boleh tahu, kira-kira berapa umurnya bu Joni?"

Asep menatap Ugi dengan kening berkerut.
"Maad, bos, jika pertanyaan saya lancang."Ugi tampak rikuh.
Ümurnya mungkin sekitar 50-an..."Kata Asep dengan kalem, "tapi bodi dan semnagat di dalamnya mungkin masih 30-an."
"Ma maaf, bos, maksudnya apa?"Tanya Ugi bingung.

Asep tersenyum
Äh, sudahlah. Saya akan kedalam dan menemui bu Joni. Kamu disini, ambil sampah-sampah yang berserakkan ini dan kumpulkan bersama sampah lainnya, nanti suruh siapa saja yang mau untuk membuangnya."
"Siap boss."

Asep mengetuk pintu pavilliun belakang rumah itu yang sudah disulap penataannyaseperti rumah type 21. Pak Joni membukakan pintu, dia memakai sarung dan kaos singlet. badannya berkeringat.
"Sesuai janji, saya kan bantu melakukan pemberesan."Kata Asep, dia melihat wajah pak Joni yang murung.
Öh, iya iya."Katanya. "Masuk, Pak. Tapi maaf ya jika istri saya bersikap kurang baik karena dia sedang uring-uringan."
"Tidak apa."Kata Asep tersenyum. Asep tidak tahu, beberapa menit lalu, Pak Joni baru saja mengentot istrinya. Tapi bu Joni nampaknya tidak puas sehingga dia uring-uringan.

Asep memasuki ruangan dan melihat bu Joni sedang merapikan susunan kaset VCD di ruang tengah.
"Bu, ini ada pak Asep."Kata pak Joni
"Ya, tolong bapak perbaiki lemari di dapur yang masih belum pas letaknya."

Asep masuk ke dalam dapur dan merasa heran, lemari itu letaknya sudah pas. Tak ada yang perlu dilakukan lagi di sini. Sementara itu pak Joni masuk ke dalam kamar tidur dan membiarkan pintunya terbuka, dia tiduran.
"Sebentar lagi bapak akan tertidur nyenyak."bisik bu Joni yang ternyata mengikuti Asep ke dapur. Dia meraih tangan Asep dan membawanya ke selangkangannya, menggesekkannya. Bu Joni mengenakan baju gamis panjang rumahan yang biasa dipakai sehari-hari. "Tapi tidak lama. Paling 30 menit."katanya masih dengan berbisik.

Wajah Asep tampak tegang. Tangannya yang telah berpengalaman itu menolak diajari lagi oleh tangan bu Joni yang menggesek-gesekannya ke belahan memek dari luar kain.
Äpakah dia sudah tertidur?"bisik Asep. Dia melepaskan tangannya dan memeluk bu Joni dari belakang. Kedua tangannya merambahi perut dan kemudian meremas kedua susu bu Joni yang besar dan lembek.
"Mungkinhkh.... "jawab bu Joni sambil mengeluh ketika mulut Asep menciumi daun telinga dan tengkuknya.

Tiba-tiba terdengar suara dengkuran pak Joni yang sangat keras dari dalam kamar.

Asep segera berjongkok dan menyingkap gamis bu Joni. Asep masuk ke dalamnya dari belakang dan menemukan pantat semok itu tanpa celana dalam. Kedua tangannya merayap dipinggiran pinggang yang sudah mengelambir itu, merabainya dan mencari-cari pangkal pahanya. Sementara mulutnya menciumi buah pantat bu Joni.
"Masih lumayan."batin Asep.



Asep merasa berada di dalam kurungan kain gamis bu Joni pemandangannya samar bahkan agak gelap. Kedua tangannya sudah menemukan memek bu Joni tapi kurang leluasa  untuk melakukan gerakan-gerakan yang bisa menimbulkan kenikmatan.

Asep keluar dari dalam gamis dan berdiri. Dia melihat wajah bu Joni tampak merah. Mungkin karena nafsu birahinya sudah memuncak. Dia membalikkan badan bu Joni dan menciumi bibirnya dan mengulum lidahnya sebentar. Dia berjongkok lagi dan masuk ke dalam gamis bu Joni  untuk meneukan susu  sebesar buah pepaya. Menggampar-gamparkan pipinya pada nenen yang lembut itu dan melumat-lumat putingnya dengan mulutnya.

Asep kemudian menurunkan kepalanya dan mengemuti perut dan kedua pangkal paha bu Joni. Setelah itu barulah dia menjilati bibir-bibir memek bu Joni dengan lidahnya. Asep mengajari itil bu Joni bagaimana lidah bisa membuar sang itil bergetar dan merasakan sensasi nikmat yang sulit diucapkan, tetapi bisa didesahkan.
Äghkhkh....aghkh..... "

Keluar dari kurungan gamis, Asep mendorong tubuh bu Joni yang tampak seperti tak berdaya itu ke kursi meja makan, mendudukkannya. Secara otomatis bu Joni duduk menyandar, dia menyingkapkan gamisnya dan membuka kedua pahanya dengan sangat lebar. Sekarang barulah terlihat memek bu Joni berdenyut-denyut, tak sabar untuk dicoblos.

Asep melepaskan pantolan sekaligus celana dalamnya, dia menyorongkan penis ke mulut bu Joni untuk diemut. Tapi kelihatannya bu Joni kurang berpengalaman sehingga kulumannya kurang enak menurut Asep. Dia segera melepaskan penisnya dari kuluman mulut bu Joni.
"Boleh saya masukan sekarang, bu?"

Mulut bu Joni tersenyum seperti nyengir, matanya menatap Asep dengan nanar. Lalu kepalanya mengangguk.

Clep

Asep memasukan penisnya ke dalam memek bu Joni dengan lutut agak ditekuk, dia mengentot memek itu dengan penuh semangat. Menggenjot sekuatnya dan membiarkan bu Joni menikmati hujaman demi hujaman batang penisnya.

Bu Joni merintih-rintih.
Äddddddduuuuuuuuuhhhh...... saya... mau keluarhkh... "Rintihnya.
"Sekarang?"Tanya Asep, wajahnya agak kecewa. Bu Joni mengangguk.
"Kalau begitu, yuk kita keluar sama-sama. Boleh ngecrot di dalem? tanya Asep. Bu Joni sekali lagi mengangguk.

Asep melakukan genjotan yang terakhir dengan kekuatan penuh, sebelum akhirnya mereka keluar bersama-sama. Setelah ngecrot, Asep membiarkan penisnya terbenam di dalam memek bu Joni selama beberapa saat, kemudian dia mencabutnya dan mengenakan kembali pantolannya.

Bu Joni menurunkan gamis dalam keadaan masih duduk bersandar. Kedua tangannya tampak jatuh dipinggiran kursi. Dia tersenyum kepada Asep.
"Makasi ya, Pak. Saya enak banget."Katanya.
"Sama-sama, bu."
"Kapan-kapan boleh minta lagi gak Pa?"
"Selagi saya masih disini, tentu boleh."Kata Asep sambil tersenyum.


Memasuki minggu ke 4, fase finishing dimulai.

Pada fase finishing inilah mereka sering bekerja lembur sampai larut malam, Namun bagi Asep fase ini lebih banyak santainya, karena semua pekerjaan dia tidak perlu lagi turut campur. Dia hanya menunggu hasil. Oleh sebab itu dia sering datang sore hari karena sesiangnya sibuk mencari orderan. Itupun kerjanya cuma duduk-duduk saja.

"Pak Asep kemana saja?"Tanya bu Joni tiba-tiba. "Kog siang enggak pernah muncul?"
"Saya ikut tender di Bandung, bu."Kata Asep datar.
"Sudah 2 hari lo Pak. Boleh minta sekali lagi aja."Kata bu Joni dengan suara perlahan, namun dengan  harapan keras diwajahnya.
"Tentu, bu. Sekarang?"

Bu Joni mengangguk.
"Dimana?"
"Di kamar kost belakang yang sudah selesai, saya sudah siapkan kasur busa."
"Bapak gimana?"
"Saya sudah kasih obat tidur, mungkin sekarang sudah bekerja obat tidurnya."
"Baiklah."Kata Asep

Bu Joni berbalik, dia melangkah dengan  cepat menuju paviliun belakang dan melihat pak Joni sudah tertidur pulas. Dia keluar dan menutupkan pintu, dia memperhatikan semua anak buah Asep tidak ada yang sedang bekerja di halaman belakang, lalu memasuki kamar kost itu dan menutupkan pintunya.

Asep tengah berbaring dengan kedua tangannya sebagai bantal ketika bu Joni masuk memakai daster terusan. Tanpa banyak basa basi bu Joni langsung melepaskan ikat pinggang dan kancing celana pantolan Asep, menariknya sekaligus dengan celana dalamnya dan melemparkannya ke pojokan.

Dia langsung menerkam penis Asep dan mengemut serta mengulumnya.
Ähhkh.... "Asep mendesah pelan. "Kali ini tekniknya lebih baik."Kata Asep dalam hati. Setelah beberapa saat, batang penis Asep pun menegang.
"Maaf ya pak, kontolnya langsung saya tunggangi."Kata bu Joni. "Soalnya memeknya sudah gak tahan pengen langsung ngewe."
"Tidak apa-apa bu. Masukin saja ke memek ibu."

Bu Joni menarik dasternya melalui kepalanya lalu melemparkannya. Dia mengangkangi penis Asep yang sudah ngaceng. Memasukkannya kedalam liang memeknya, menekan pinggulnya kebawah sampai seluruh batang penis Asep masuk kedalam mulut memeknya.
Ädddduuuhh....... enak sekali kontolnya, pak."Kata bu Joni sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Asep tersenyum.
Äyo bu. Goyangnya yang bersemangat."kata Asep sambil mempermainkan kedua nenen bu Joni dengan tangannya.

Bu Joni terus menggoyang-goyangkan pantatnya selama beberapa menit. Kadang bu Joni mengangkat pinggulnya naik turun, kadang menekannya maju mundur, kadang dia juga meliuk-liukkannya dengan arah berputar. Sehingga keringat pun bercucuran didahi dan punggungnya. Nafasnya tersengal-sengal. Akhirnya dia menghentikan gerakkannya dan duduk diam diatasnya. Dia menarik nafas panjang.
"Capek ya?"
Ïya pak. Haduh sampai keringatan nih. Tapi ini tanggung lagi enak, digoyang lagi gak pa pa kan, pak?"
"Ga pa pa. Lanjutkan saja."

Setelah beristirahat sejenak, bu Joni melanjutkan pengentotannya selama beberapa menit sampai akhirnya dia mengejan dan orgasme. Setelah diam beberapa saat, dia berdiri dan melihat kontol Asep yang masih berdiri dengan gagahnya.
"Wah, lendirku banyak sekali."Katanya dengan agak terkikik.
"Ya banyak."Kata Asep. Ënak kan?
Ënak dan nikmat. Pak, saya ingin diewe nungging. Mau kan?"
"Boleh."Kata Asep

Bu Joni pun segera bersujud dan menunggingkan pantatnya dengan punggung melengkung. Asep melihat lubang anusnya yang rapat berdenyut-denyut. Dia melebarkan kedua paha bu Joni membenamkan penisnya kedalam liang memek STW itu. Dia kemudian menggenjotnya dengan kedua tangan berpeganganpada kedua buah payudara bu Joni yang panjang dan lembek.

"Terus, pak. Terus. Lebih cepat pak, aduh enak sekali."
"Sssttt.... jangan terlalu keras."kata Asep. Bu Joni tertawa kecil.

Asep terus menggenjot memek bu Joni dengan penuh semangat, walau pantat bu Joni sudah agak lembek, tapi masih cukup semok dan masih lumayan nikmat ketika mengenai pubis dan pangkal pahanya.
"Liang memek bu Joni sudah kendor jadi kontolku kurang mendapat gigitan."pikir Asep sambil terus menggenjot.

Äaahkhk... enak Pak enakk... "Kata bu Joni melenguh. "Dia keluar lagi."Pikir Asep sambil mencabut kontolnya dari dalam memek bu Joni. Asep kemudian mendorong pantat bu Joni agar turun sehingga posisi bu Joni berbaring menelungkup. Dia merapatkan kedua paha bu Joni lalu mebeliakkan memeknya dengan kedua jempolnya, setelah itu langsung menancapkan kontolnya dengan cepat. Clep!!!

Nah, sekarang buah pantatnya baru berasa! Lalu dia memeluk bu Joni dan menyusupkan lengannya kebawah dua payudara bu Joni. Dia mengentot bu Joni perlahan-lahan.
"Kog posisi gini enak ya....adduuuhhh...pak... lebih cepat donk ngegenjotnya."

Asep pun mempercepat genjotannya. Tak berapa lama bu Joni mengejan kembali. Kedua buah pantatnya seakan-akan ikut menjepit batang penis Asep. Dia lalu menekan penisnya dengan kuat dan merasakan betapa nikmatnya saat pejuhnya menggelosor keluar.... srrrr... srrrr.... crot! CROT!!
Äghhh... enak, Pak. Saya keluar lagi."
"Saya juga, Bu."
"Kontol pak Asep emang mantap."Kata bu Joni. "Terima kasih ya, pak, atas ngentotnya."
"Sama-sama bu."
"Besok ngentot lagi, mau kan Pak?"
"Mmmm, bsk saya akan ke Subang, ikut tender, mungkin pulangnya malam."kata Asep
Ök, pak."
"Saya permisi, bu."kata Asep sambil mengenakan pantolannya
"Sampai ketemu lagi"kata bu Joni.

Malam itu, Asep duduk diberanda depan sambil merokok. Dia tersenyum-senyum sendirian membayangkan apa yang selama ini dilakukan antara dia dan bu Joni di losmen itu. "Hmm, jeritan kenikmatan bu Joni pasti selalu terngiang diingatannya."kata Asep dalam hatinya.
=>Situs Judi Online<=







Komentar

Postingan Populer