Perancis Telan Pil Pahit


Perancis mengikuti langkah Belanda untuk membatalkan liga domestik demi mencegah penyebaran penyakit Covid-19. Ini sebuah keputusan pahit yang masih menyisakan pekerjaan besar agar tidak muncul masalah baru.

Pemerintah Perancis menelan "pil pahit" dengan menghentikan semua ajang olahraga setidaknya selama empat bulan hingga September. Liga Perancis atau Ligue 1 yang termasuk salah satu liga terbesar di Eropa pun tidak akan bisa menuntaskan kompetisi musim ini.

Keputusan pemerintah ini membawa dampak yang besar terhadap industri olahraga. Namun, keputusan tersebut harus segera diambil demi mencegah penyebaran penyakit Covid-19 agar tidak semakin meluas. Perancis saat ini merupakan negara dengan jumlah korban jiwa terbesar akibat Covid-19 setelah Amerika Serikat, Italia, dan Spanyol.

"Kompetisi olahraga profesional musim 2019-2020, termasuk sepak bola, sudah tidak bisa dilanjutkan lagi," kata Perdana Menteri Perancis Edouard Philippe. Ia juga menjelaskan bahwa kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan olahraga, tetapi melibatkan lebih dari 5.000 orang tidak akan bisa digelar hingga September.

Liga Perancis terhenti akibat pandemi sejak pemerintah memutuskan untuk menerapkan penutupan wilayah pada 17 Maret 2020. Saat ini, Paris Saint-Germain menduduki puncak klasemen sementara dengan 68 poin, sedangkan Marseille berada di peringkat kedua dengan 56 poin. PSG berpeluang besar menjuarai liga musim ini.

Dengan keputusan ini, Perancis pun mengikuti jejak Belanda yang telah membatalkan Liga Belanda pada pekan lalu. Setelah liga dibatalkan, tidak ada klub yang menjadi juara maupun terdegradasi. Keputusan tersebut lantas memicu kritik dari klub-klub peserta liga.


Perancis dan Belanda memilih keputusan yang berbeda ketika negara-negara Eropa lainnya seperti Jerman, Italia, dan Inggris masih mengupayakan kompetisi musim ini tetap bisa dilanjutkan. Penyelesaian kompetisi musim ini menjadi prioritas UEFA agar tidak menimbulkan masalah baru.

Liga yang belum tuntas bakal menyulitkan pengelola untuk menentukan klub-klub yang bisa tampil di kompetisi level kontinental. Liga Champions, misalnya, bisa diikuti oleh klub-klub yang finis di empat peringkat teratas klasemen untuk negara seperti Inggris, Italia, Jerman, dan Spanyol.

Hal itulah yang membuat Presiden Lyon Jean-Michel Aulas merasa Liga Perancis musim ini tidak bisa berhenti begitu saja. "Sangat penting melakukan berbagai cara untuk menemukan solusi alternatif. Misalnya dengan menggelar laga play off selama Agustus atau menunda musim berikutnya hingga 15 September," katanya.

Laga tanpa penonton. 

Presiden Federasi Sepak Bola Perancis (FFF) Noel Le Graet merasa perlu ada upaya untuk menyelamatkan jadwal musim berikutnya agar masalah tidak membesar. Artinya penundaan musim berikutnya juga bukan solusi terbaik. Ia berharap kompetisi musim 2020-2021 bisa digelar tanpa penonton pada Agustus mendatang.


"Jika musim baru (2020-2021) tidak digelar sebelum September, kami memiliki masalah besar," kata Le Graet dikutip LÉquipe. Jadwal kompetisi satu musim yang sudah tersusun rapi akan menjadi berantakan. Musim 2019-2020 sudah kacau dan musim berikutnya jangan sampai ikut kacau.

Le Graet sadar bahwa faktor kesehatan menjadi prioritas di atas segalanya. Di sisi lain, ia merasakan situasi akan terus berubah dan peluang feserasi untuk tetap menggelar liga tanpa penonton yang dinilai lebih aman untuk mencegah penularan penyakit terus meluas. 


Komentar

Postingan Populer