Cara Mayoritas Orang Memastikan Kematangan Ayam Goreng Keliru
Ternyata ada ilmuwan yang khawatir masyarakat belum mampu menilai tingkat kematangan ayam goreng secara baik dan benar. Mayoritas orang berpatokan pada perubahan warna daging serta kaldu yang dihasilkan sebagai acuan kematangan.
Ternyata kedua faktor tersebut belum cukup menghilangkan peluang hidup patogen Salmonella dan Campylobacter pemicu sakit perut. Kedua patokan lazim tersebut juga tidak berbasis sama sekali.
Tim peneliti menggelar survei melibatkan masyarakat umum dari berbagai lapisan sosial, untuk mencari tahu seperti apa cara mereka menilai hidangan unggas sudah matang atau belum, berikut temuan mereka:
...memeriksa perubahan warna daging ayam merupakan cara yang populer menilai tingkat kematangan daging ayam. Metode umum lainnya adalah mengecek tekstur daging atau warna kaldu.
Namun, para peneliti turut melakukan eksperimen laboratorium untuk menguji akurasi berbagai teknik mengukur kematangan tadi. Hasilnya, warna dan tekstur daging semata tidak menjadi indikator yang bisa diandalkan. Sebab warna daging ayam berubah-ubah di temperatur rendah dan tidak mematikan keberadaan mikroba patogen.
Waduh, supaya benar-benar matang, berarti saat masak kita harus pakai termometer makanan dong? Masalah, jarang banget orang punya termometer makanan.
Pakai termometer ini pilihan, tidak wajib. Tapi bukan itu saja masalah dari cara masak ayam goreng selama ini. Kata tim peneliti, kebanyakan responden mengukur kematangan dengan memeriksa bagian tengah daging ayam, padahal "mayoritas bakteri lebih sering ditemukan di daerah permukaan daging."
Dengan kata lain, kita harus lebih rajin memeriksa temperatur di seluruh bagian daging: tengahnya, di pinggiran, serta permukaan kulit. Suhu matang yang benar minimal 75 derajat celcius. Kemudian, menurut penelitian tersebut, "selalu periksa bagian dalam daging. Kalau sudah berserat dan tidak mengkilap, berarti temperaturnya aman dari kemungkinan munculnya bakteri."
Komentar
Posting Komentar